Senin, 18 Mei 2015

Bentuk-bentuk belajar

Bentuk"belajar menurut Gage(1984) ada 5.
1.belajar responden
2.belajar kantiguitas
3.belajar operan
4.belajar observasional
5.belajar kognitif
 Dalam bab ini,kelima bentuk belajar itu akan di bahas secara umum.

1. Belajar Responden
   Salah satu bentuk belajar disebut responden. Dalam belajar semacam ini, suatu respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Contoh belajar responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi Rusia yang terkenal, Ivan Pavlov.
   Seekor anjing diberi serbuk daging dan ketika anjing itu memakannya, keluar air liurnya. Serbuk daging disebut stimulus tak terkondisi (unconditioned stimulus -US)dan tindakan menguarkan air liur disebut respons takterkondisi (unconditioned response - UR). Terjadi respons terhadap stimulus ini tidak merupakan belajar, tetapi terjadi secara instingtif.
  Sekarang lampu kita hidupkan di tempat anjing itu. Menghidupkan lampu mempunyai efek yang minimal terhadap keluar air liurnya anjing itu. Kemudian, kita nyalakan lampu tepat sebelum memberikan serbuk daging itu pada anjing (US). Jika hal ini kita lakukan beberapa kalo, kemudian pada suatu percobaan, tanpa memberikan serbuk daging,kita lihat timbulnya respons mengeluarkan air liur. Cahaya, yang sebelumnya merupakan stimulus yang netral,sekarang  menjadi stimulus terkondis (conditioned stimulus -CS) dan respons yang ditimbulkan disebut respons terkondisi (conditioned response -CR).
 
2. Belajar kontiguitas
 Sudah kita lihat bahwa pemasangan stimulus tak terkondisi dan stimulus terkondisi suatu syarat untuk belajar responden. Beberapa teoretikus belajar mengemukakan bahwa pemasangan kejadian sederhana itu (kejadian apapun) dapat menghasilkan belajar. Tidak diperlukan hubungan stimulus tak terkondisi - respons. Asosiasi dekat (contiguos) sederhana antara suatu stimulus dan suatu respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku kekuatan belajar kontiguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap seperti berikut:
 Sembilan kali lima sama dengan..........................................
 Gunung Semeru ialah gunung tertinggi di...........................
 Anak itu Selandia .................................................................
 Cita-citanya setinggi............................................................

  Dengan menghasilkan kata-kata empat puluh lima, Jawa Timur,ayahnya,langit,menunjukkan bahwa kita dapat belajar sesuatu karena peristiwa atau stimulus terjadi berdekatan pada waktu yang sama. Kadang-kadang diperlukan pengulangan peristiwa - peristiwa itu,tetapi adakalanya belajar terjadi tanpa di ulang. Jadi tidak perlu kita manganggap hubungan stimulus tak terkondisi respons. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia dapat berubah sebagai hasil pengalaman peristiwa-peristiwa yang berpasangan.
   Dalam sekolah kita melihat bentuk belajar semacam ini waktu guru "mendiril" siswa. Misalnya dalam mengharapkan pertambahan "2+2,3+3,4+4" dan seharusnya atau perkalian "2x2,3x3,4x4" dan seharusnya. Mengajar dengan menggunakan metode"dril"ini, walaupun kerap kali membosankan, dapat menjadi efesien karna peristiwa yang terjadi secara bersamaan dapat menghasilkan belajar. Mengatakan "empat"terhadap stimulus "2+2" mengakibatkan pemasangan stimulus dan respon yang asosiasinya akan dipelajari.

3. Belajar operant
 Belajar sebagai akibat penguatan merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi prilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operan sebab prilaku yang diinginkan timbul secara spontan, tanpa dikeluarkan secara naluriah oleh stimulus apapun, saat organisme "beroperasi",tetapi "dipancarkan"; dan konsekuensi atas perilaku itu bagi organisme merupakan variabel yang penting dalam belajar operant. Perilaku akan diperkuat  bila akibatnya berupa suatu yang terkuat kan. Perilaku yang mengalami penguatan mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam hal frekuensi,besarnya, atau probilitas terjadinya.

  Karena peristiwa yang mengalami penguatan dapat menghasilkan efek yang begitu penting, kita perlu bertanya, apakah penguat itu? Penguat ialah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan suatu prilaku (Gage, 1984). Menurut slavin (1988), penguat di definisi kan sebagai suatu konsekuensi yang memperkuat (berarti meningkatkan frekuensi ) prilaku.
   Belajar operant ditunjukkan dalam prilaku berbagai hewan: tikus menekan pengungkit, burung merpati mematuk kunci, kuda menggunakan kepalanya. Pada dasarnya, setiap prilaku operant dapat di timbulkan kerap kali dengan pemberian penguat segera setelah perilaku itu.
  Dalam manusia, berlaku hal yang sama. Berbagai prilaku manusia dapat ditimbulkan berulang kali dengan adanya penguat segera setelah adanya respons. Respons itu berupa: suatu pernyataan, gerakan, tindakan. Misalnya, respons itu dapat berupa menjawa pertanyaan-pertanyaan guru dengan sukarela. Atau dapat pula respons itu berupa jawaban siswa itu sendiri. Ada kalanya, respons itu untuk diketahui, seperti bila seorang siswa duduk diam saja, dan kelihatannya tidak berbuat apa-apa.
  Bila respons berupa sukarela menjawab pertanyaan guru, penguat terhadap respons itu mungkin dalam bentuk " diberi giliran oleh guru". Bila respons itu berupa jawaban itu sendiri terhadap pertanyaan, penguat mungkin berupa ucapan guru: " betul" atau "bagus sekali ". Atau bila respons itu berupa duduk diam dan tidak berbuat apa-apa, salah satu penguat yang menyebabkan perilaku itu akan terjadi lagi ialah suatu tanda persetujuan guru, baik berupa kata-kata maupun senyuman.

4. Belajar observasional
   Bentuk lain belajar yang kita bahas dalam bagian ini ialah belajar observasional. Bentuk belajar ini banyak kita jumpai sehari -hari. Bila kita untuk pertama kalinya belajar mengendarai mobil, kita akan mengamati seorang instruktur untuk mengetahui urutan tindakan-tindakan yang dibutuhkan misalnya menghidupkan, kemudian menjalankan mobil. Demikian pula, bila seseorang mulai bermain voli, Ia berusaha meniru temannya yang terkenal sebagai pemain ulung dalam melempar bola, misalnya bila seseorang diundang makan dihotel besar, yang didalamnya tersedia berbagai macam sendok,garpu, dan gelas, mungkin sekali orang itu akan menunggu  hingga ada seseorang yang tampaknya mengetahui cara makan sebelum mulai makan dan menggunakan perilaku orang itu untuk membimbing perilakunya sendiri. Contoh - contoh ini memperlihatkan betapa bergantungnya kita pada belajar observasional. Model - model prilaku, sopir, pemain voli, dan orang dengan kesopanan sosial - membimbing prilaku kita. Jadi, perubahan perilaku semacam ini merupakan belajar sesuai dengan definisi yang telah di kemukakan terdahulu.
  Konsep belajar observasional memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, perlu diperhatikan agar anak-anak lebih banyak diberi kesempatan untuk mengamati model -model perilaku yang baik atau yang kita inginkan, dan mengurangi kesempatan -kesempatan untuk melihat perilaku - perilaku yang tidak baik.

5. Belajar kognitif 
  Beberapa ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa pada konsep - konsep tentang belajar yang telah dikenal, tidak satu pun yang mempersoalkan proses kognitif yang terjadi selama belajar. Proses semacam itu menyangkut antara lain berfikir menggunakan logika deduktif dan induktif.
   Peroses - peroses mental yang diabaikan oleh penganut psikologi perilaku, yang menjadi inti dalam belajar kognitif, akan dibahas dalam  bab tersendiri.

 REFRENSI

Diambil dari berbagi sumber buku TEORI -TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN.
 Karangan: Prof. Dr.Ratna Wilis dahar, M.sc.

Mata kuliyah: PKN
Dosen: Dirgantara Wicaksono 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar