Selasa, 09 Juni 2015

artikel PKn



Peran guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa



                                                  


Disusun 
oleh: HULAIMI
Kls: ASD 4(PGSD)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015


















Abstrak
Penulis ini bertujuan unuk:

1.      Agar dapat memahami metode yang dipakai untuk pelajaran pkn di Sd.
2.      Mencari masalah yang dihadapi oleh guru di sd dalam pembelajaran pkn.
3.      Dan mencari solusi untuk peserta didik agar tidak bosan dalam pembelajaran pkn.

Media pazzle ini bertujuan untuk membuat siswa agar tidak bosan dalam pelajaran pkn, dan memudahkan siswa agar dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga siswa mencapai target proses belajar mengajar(kkm).



PENDAHULUAN

Pembelajaran PKN yang berlangsung saat ini menurut observasi kami terkesan belum maksimal.Hal ini dari beberapa indikator antara lain hasil tes semester yang kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ), pengakuan siswa secara obyektif bahwa PKN termasuk dalam kategori sulit menurut mereka disamping Matematika dan IPS. Kenyataan di kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar PKN ada saja tingkah laku anak yang kadang kala tidak sesuai dengan harapan guru, Seperti bergurau dengan teman saat di terangkan, tidak mengerjakan PR, tidak mau membuat catatan, tidak mau memperhatikan saat diterangkan, tidak faham saat di tanya kembali pelajaran oleh guru dan lain sebagainya, itu semua terjadi karena metode yang di pakai dalam pengajaran masih menggunakan metode ceramah dan tugas, sangat sedikit peran 2 arah terjadi yang menyebabkan anak bosan dan mengantuk. Gejala tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Perilaku yang ditunjukkan sebagian anak tersebut merupakan suatu tindakan yang negatif yang akan menghambat pencapaian prestasi belajar.Melihat realita di atas maka guru harus dapat melaksanakan perbaikan sistem pembelajaran, selama ini pembelajaran PKN yang dilaksanakan tanpa menggunakan alat peraga kurang menarik perhatian siswa, sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.Dari berbagai sumber dijelaskan bahwa siswa Sekolah Dasar belajar secara holistik (menyeluruh).Konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan media yang tentunya menarik minat peserta didik mengikuti pelajaran sekaligus untuk mendalaminya.


METODE:
Metode pengajaran
Sebelum ngebahas lebih lanjut tentang metode demonstrasi dan ceramah, perlu di ketahui dahulu apah itu metode demonstrasi. Demonstrasi adalah: suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan diikuti dengan meniru kerjaan yang di demonstrasikan. Dan metode ceramah adalah: penerangan dan menuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas nya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti,serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
metode ceramah & demonstran.
Mula-mula guru menerangkan materi, kemudian peserta didik memperhatikan&mencatat materi yang diterangkan tersebut.
Kemudian guru memerintahkan anak peserta didik untuk membuat kelompok,selanjutnya mendemonstrasikan media pazzle lalu murid memperhatikan dan memperaktekan apah yang telah guru demonstrasikan…

Pembahasan :
Hukuman bukan solusi terbaik untuk mangatasi kesulitan belajar siswa.Oleh karena itu, diperlukannya pendidik yang dapat menjadi mediator dan fasilitator. Menurut hasil penelitian dari Aspy dan Roebuck (1975) yang beracuan pada pendapat Rogers tentang guru yang fasilitatif, Aspy dan Roebuck menyatakan bahwa guru yang fasilitatif adalah :
Ø  Merespon perasaan siswa
Ø  Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Ø   Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Ø  Menghargai siswa
Ø  Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
Ø  Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan Untuk memantapkan kebutuhan segera dari siswa)
Ø  Tersenyum pada siswa
Dari penelitian tersebut diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran PKN, B.Indonesia dan Matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin.
Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, guru harus jeli dalam mengidentifikasi atau mendiagnosa jenis kesulitan belajar masing-masing individu siswa, Menurut Warkitri dkk (1990), ada beberapa permasalahan belajar yaitu :
·         Kekacauan Belajar (Learning Disorder) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Potensi dasar anak tidak diragukan tetapi belajar anak terhambat oleh reaksi-reaksi yang bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai bahan yang dipelajari dengan baik. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
·          Ketidakmamuan Belajar (Learning Disability) yaitu ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
·         Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
·         Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
·         Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Metode
Menurut Fontana (1981) ada dua faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa antara lain :
·         Faktor Internal ( dari dalam diri ) yaitu Kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengarkan dan merasakan.
·         Faktor Eksternal ( dari luar ) yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran seperti guru, kualitas pembelajaran, instrument atau fasilitas pembelajaran baik berupa Hardware maupun Software serta lingkungan, baik lingkungan sosial dan alam.

Carl Rogers dalam bukunya Freedom To Learn menyatakan prinsip-prinsip dasar Humanistik yang berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dengan apa yang mereka pelajari di sekolah yaitu
Ø  Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
Ø  Belajar yang signifikan terjadi bila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri
Ø  Belajar menyangkut perubahan di dalam presepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung ditolaknya.
Bukan hanya itu, faktor eksternal pun sangat berpengaruh dalam kesulitan belajar siswa. Dalam film tersebut dapat kita lihat bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi anak tersebut kesulitan belajar adalah Guru dan Lingkungan sosial, guru sudah terlebih dahulu memberikan label idiot atau bodoh pada anak tersebut, begitu juga lingkungan sosialnya seperti teman-teman sepermainan dan keluarga.
Menurut penemuan Jack Canfield (dalam DePorter, 1990) menunjukan bahwa orang tua atau guru yang lebih tertarik memperhatikan kekurangan-kekurangan anak dan cenderung mengabaikan kelebihan atau perilaku positif anak akan mengakibatkan anak kurang mengenal, menghargai maupun mengembangkan sikap dan perilaku yang positif, serta cenderung lebih peka dalam sikap dan perilaku negatif.

KESIMPULAN:
Namun menurut hasil observasi kami kemarin, salah satu kelemahan mengapa anak – anak tidak bias menjawab  pertanyaan dari gurunya yang terutama dalam pelajaran pkn ialah:
1.      Kekurangan guru dalam memahami  metode, media dan penguasaan kelas dalam pelajaran tersebut.
2.      Guru lebih menggunakan metode ceramah di banding diskusi, sehinga pesrta didik merasa bosan dan bermalas- malasan dalam mengamati materi tersebut.
3.      Media yang di bawakan oleh guru kurang menarik, sehingga tidak merespon keinginan siswa dalam mempelajari materi tersbut.
4.      Banyak nya jumblah siswa dlam satu kelas menjadi salah satu faktor siswa menjadi malas.

SOLUSI:
Hasil observasi saya , solusi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa  adalah ;
1.      Guru harus lebih memahami metode, media yang  sesuai dengan mata pelajaran yang akan di sampaikan nya.
2.      Mungkin dengan cara menggunakan metode diskusi  atau game akan lebih bisa di mengerti oleh siswa.
3.      Siswa harus di tuntut agar lebih aktif
4.      Sekolah harus menambahkan fasilitas yang di butuhkan, seperti; peta, globe dll…

SARAN:
Saran yang penulis ambil hasil observasi kemarin adalah:
Pentingnya media dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting untuk menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi efektif, efesien, dan menciptakan penyampaian pemahaman yang mudah di paham oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai nilai yang sesuain dengan KBM. Selanjutnya dapat menciptakan generasi anak bangsa yang berguna bagi nusa dan bangsa…







                          DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusuawi. Jakarta:Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineksa Cipta.
Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.Universitas Negeri Surabaya.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: InsanCendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. RineksaCipta.
Usman, Muh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

 Mata kuliah : PKn
 Dosen : Dirgantara Wicaksono